Apa yang kalian ketahui tentang Malam 1 Suro? Dalam adat warga Jawa, malam 1 Suro adalah malam yang khusus. Malam hari ini bersamaan dengan 1 Muharram atau malam tahun baru Islam.
Lalu apa itu Malam 1 Suro sebetulnya? Bagaimana juga jalinan malam 1 Suro dengan 1 muharram?
Baca penuturannya berikut!
Apa itu Malam 1 Suro?
Merujuk di website sah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Satu (1) Suro adalah awalnya bulan awal Tahun Baru Jawa. Dalam masalah ini, malam 1 Suro bermakna malam tanda masuknya bulan Suro berdasar penanggalan Jawa.
Pada situs sah Kementerian Agama RI, disebut jika 1 Suro pada kalender Jawa bersamaan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriyah. Seperti pada bulan Muharram, untuk warga Jawa, bulan Suro dipandang seperti bulan keramat.
Asal Muasal Bulan Suro
Sebagian orang salah menduga asal kata Suro dengan bahasa Arab ialah “syuro” yang bermakna permufakatan. Walau sebenarnya, kata Suro diambil dari bahasa Arab, “asyura” yang bermakna “sepuluh” atau “hari ke-10” pada bulan Muharram.
Dalam Islam, hari ke-10 (hari Asyura) pada bulan Muharram mempunyai makna yang penting karena kelebihannya. Seperti hadis Nabi Muhammad saw seperti berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ. (رواه مسلم)
Maknanya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berbicara: ‘Rasulullah saw bersabda: ‘Puasa yang paling penting sesudah Ramadhan ialah puasa di bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling penting sesudah shalat fardhu ialah shalat malam.” (HR Muslim).
Hingga kata Suro adalah panggilan untuk bulan Muharram dalam warga Jawa. Pada adat Jawa, bulan Suro dipandang seperti saat yang pas untuk muhasabah diri. Karena itu, ada banyak larangan yang jangan dilaksanakan saat malam 1 Suro.
Penetapan Malam 1 Suro
D ikutip dari detikNews, malam 1 Suro diperingati saat malam hari sesudah maghrib saat sebelum tanggal 1 Suro. Pada kalender Jawa, penggantian hari diawali saat matahari tenggelam dari hari kemarin, misalnya dengan mekanisme penanggalan dalam kalender Hijriyah.
Kalender Jawa pertama kalinya diedarkan oleh Raja Mataram Sultan Agung Hanyokrokusumo di tahun 1940. Waktu itu, Rata Mataram Sultan Agung Hanyokrokusumo memakai matahari keluar sebagai pertanda masuknya hari dan tanggal. Mekanisme penanggalan ini disebutkan Kalender Saka.
D ikutip dari skripsi Adat Upacara Satu Suro Dalam Sudut pandang Islam kreasi Isdiana, mekanisme penanggalan itu diganti oleh Sultan Agung pada 8 Juli 1633 M, sekalian pertanda awalnya diawalinya kalender Jawa versus Sultan Agung. Dengan begitu Kalender Jawa versus Sultan Agung 1 Suro tahun Alip 1555 bersamaan dengan 1 Muharram 1043 H.
Seperti kalender Hijriyah, penanggalan pada kalender versus Sultan Agung memakai matahari tenggelam sebagai pertanda diawalinya hari.
Bagaimana Jalinan 1 Suro dan 1 Muharram?
Sama seperti yang sudah diterangkan di atas, 1 Suro dan 1 Muharram mempunyai keterikatan yang erat. Hal tersebut disokong oleh kemiripan arti di antara ke-2 nya untuk warga Islam-Jawa.
Pada adat Jawa, ada beberapa macam larangan yang jangan dilaksanakan saat malam 1 Suro. Hal tersebut karena bulan Suro dipercaya bisa bawa bencana dan bencana. Hingga, bila ada orang yang manfaatkan hari itu di luar mengaji, ziarah, dan haul, akan dipandang apes.
Demikian pula dengan peringatan 1 Muharram dalam Islam. Malam 1 Muharram dipakai oleh umat Islam seoptimal kemungkinan untuk lakukan wirid, zikir, dan membaca doa. Salah satunya ada tasbih, doa tahun akhir lalu diteruskan doa tahun akhir.
Nach, demikian keterangan mengenai 1 Suro dan hubungannya dengan 1 Muharram. Mudah-mudahan pertanyaan kalian terjawab ya, guys!